Perbatasan Nganjuk dengan daerah lain seperti Bojonegoro, Kediri, Madiun dan Jombang dan beberapa daerah pinggiran seperti daerah di tengah hutan Kalimantan baik jalan maupun penerangannya.
Padahal kalau kita dari arah utara, perbatasan Bojonegoro sampai Temayang jalan sangat, lebar halus dan penerangan jalan walau di tengah hutan sangat banyak bahkan seperti di kota.
Kemarin pada hari Senen 9 Juni 2025 antara jam 22.00 terjadi kecelakaan truk membawa barang guling di tengah hutan perbatasan Nganjuk Bojonegoro yang sangat gelap, jalan berliku dan kebetulan jalannya sangat rusak.
Yang lebih serem adalah sekitar lingkar S dan jurang curam jalan sawahan menuju desa Sudimoroharjo Wilangan sempit dan kalau malam seperti di tengah hutan Kalimantan yang mengerikan, dan itu sudah berjalan sejak Nganjuk ada.
Pertanyaan selanjutnya, apa yang dipikirkan oleh para wakil rakyat dan pejabat kita ?? Ini bukan urusan mengkritik tetapi menanyakan secara serius, kalau Kabupaten lain bisa kenapa Nganjuk sepertinya tidak mau tahu dan tidak memiliki kepedulian ??
Dari dulu perbatasan dan pinggiran Nganjuk selalu lepas dari perhatian para pemangku kebijakan, sehingga kalau orang luar masuk Nganjuk seperti masuk di pedalaman Kalimantan yang menyeramkan.
Maka catatan 100 hari pemerintahan Marhen Trihandi yang kemarin sudah banyak piagam itu menjadi bertolak belakang dengan realita keluhan masyarakat yang terjadi di daerah pinggiran Nganjuk.
Dalam catatan sebelumnya kami sudah menyampaikan untuk membawa Nganjuk lebih baik, pakailah teori ATM, Amati Tiru Modifikasi. Kita bisa meniru tanpa harus malu, apa yang dilakukan oleh Kang Dedi Gubernur Jabar.
Karena berbicara masalah PJU di tengah hutan belahan utara, jarak perbatasan bojonegoro dan Nganjuk jarak tempuh 15 menit itu semua hutan produktif milik perhutani. Kita bisa minta CSR kepada perhutani sebagai perusahaan yang berada di Nganjuk yang bisa memberi bantuan lampu jalan.
Demikian juga jalan lingkar S sawahan Sudimoroharjo wilangan untuk mempercepat pengerjaannya kita bisa meminta CSR Bank Jatim untuk membangunnya Penerangan Jalan Umum (PJU). Khusus untuk pelebaran jalan sebentar lagi PAK 2025, bisa diintervensi melalui Perubahan Anggaran 2025.
Untuk lebih yakin nanti malam cobalah ke dua lokasi tersebut untuk melihat dan merasakan secara langsung bagaimana sedihnya berjalan dengan kegelapan dan jalan yang rusak.
Secara umum Kang Marhen harus lebih peka terhadap kebutuhan pokok masyarakat Nganjuk dengan melakukan pemetaan Problematika riil yang terjadi di masyarakat dengan penyelesaian yang solutif cepat dan efisien.
Metode terjun langsung ke desa seperti yang dilakukan oleh Bupati Jember Fawaid adalah salah satu solusi untuk membuat rakyat Gemuyu karena mereka merasa dibantu permasalahannya. Terjun ke desa tidak perlu menginap di barak seperti Bupati kader Gerindra tersebut, karena terlalu merepotkan banyak orang.
Waktu masih panjang, Kang Marhen harus mengajak anggota DPRD sesuai dapil masing masing untuk menginventarisasi masalah yang ada di desa dan kecamatan, agar sama sama mengetahui masalah di dapilnya apa dan solusinya bagaimana.
Solusi ini lebih efektif dan efisien karena saat permasalahan tersebut dianggarkan sudah tidak ada lagi perdebatan di badan anggaran. Sinergi pemerintah desa, anggota DPRD dapil dan Bupati akan mempercepat pembangunan karena semua sama sama mengetahui apa yang harus dilakukan.
Kepada Bapak Ketua DPRD, luangkan waktu 1 bulan untuk terjun langsung ke desa dengan agenda “Touring Mempercepat Nganjuk Melesat Bupati, Wakil Bupati dan DPRD”
Sebuah catatan sederhana semoga menjadi Solusi untuk Nganjuk melesat, karena Nganjuk digdaya programnya akan dikolaborasi oleh pemerintahan Kang Marhen seperti yang pernah disampaikan di suatu kesempatan.
Penulis
HM. BASORI, M.Si
Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocacy
Belum ada komentar