Jika kita melihat awal kasus kuota haji ini muncul, ternyata teman dan kader kita sendiri yang getol menyuarakan untuk membentuk pansus haji karena perbedaan pandangan politik. Sebuah ironi, ternyata kita tidak bisa kapan kita bertengkar sungguhan dan kapan kita bersandiwara.

Pusaran kasus kuota haji tidak lepas dari jebakan batmen yang memang dirancang sedemikian rupa sehingga kasus ini menjadikan NU digoreng sedemikian rupa. Mungkin teman kita kecewa kepada beberapa pengurus PB NU sebagai aksi balas dendam ketika Muktamar di Lampung. Namun pembullyan NU sekarang jelas merusak Marwah NU

Dalam perspektif kebijakan pemerintah dalam urusan haji, memang tidak bisa Gus Yaqut di salahkan sendiri, karena Presiden memerintahkan, rapat dilakukan, surat resmi dikeluarkan dan semua masih dalam bingkai hukum administrasi yang benar. 

Kemudian menjadi masalah ketika eksekusi dilapangan ternyata ada sebuah permainan yang menurut KPK negara dirugikan. Jika melihat kontek kerugian, sebenarnya juga belum bisa dipastikan karena audit BPK belum selesai dilaksanakan.

Namun karena sebuah tindakan melawan hukum bisa dianggap melanggar hukum dan bisa masuk ke proses pro justisia jika memiliki dua alat bukti. 

Proses hukum Gus Yaqut adalah sebuah realitas politik, Pertama, Gus Yaqut harus mempertanggungjawabkan kebijakan yang di anggap salah. Kedua, Gus Yaqut adalah Kader NU dan Mantan Ketua PP GP Ansor, Ketiga, PBNU sebagai organisasi ikut terlibat karena ada beberapa pengurus yang dinyatakan turut serta dalam masalah tersebut. 

Atas kondisi tersebut, ada beberapa catatan yang harus menjadi perhatian dan pelajaran kita bersama sebagai pejabat dari kader NU, Kader NU, Pengurus NU dan Warga NU, antara lain : 

  1. Seluruh kader NU yang berada di kekuasaan harus belajar cerdas dan berhati hati dalam bersikap yang berdampak politik terhadap sesama kader NU dan NU sendiri. Pertarungan sesama kader NU di rungan terbuka memberikan pendidikan politik yang jelek dan ke kanak kanakan
  2. Menjaga Marwah NU adalah kewajiban bagi siapa saja yang merasa kader NU. Jangan mengedepan egois, arogan dan sombong yang mengakibatkan NU tercemar secara organisasi. Ingat para masyayih memiliki cita cita mulia terhadap NU dan Kemajuan masyarakat
  3. Menjaga Marwah sebagai kader NU sangat penting, karena para pejabat yang berasal kader NU dulu bukan siapa siapa. Hanya karena mendapat keramat gandul dari NU anda sekarang memiliki jabatan beserta semua kemewahan yang melekat di dalamnya 
  4. Para dzurriyah pendiri NU maupun pendiri partai yang dilahirkan oleh NU yang sekarang berkuasa harus menjaga sikap agar warga NU tidak kecewa dengan sikap dan perilaku yang tidak pantas baik secara moral maupun sosial. Hal ini penting agar NU tidak seperti milik dzurriyah yang dengan seenaknya memanfaatkan dan menggunakan dengan sesuka hati
  5. Ingat dan tirulah Gus Dur, beliau sebagai kader NU, dzurriyah pendiri NU yang memegang komitmen untuk berjuang demi kemaslahatan orang banyak walau jiwa dan raganya terancam. 
  6. Bagi NU politik itu bukan tujuan, maka siapa saja yang memiliki jabatan politik, tetap mengutamakan kebersamaan, persatuan dan kesatuan sesama kader NU agar dimanapun berada selalu rohmatan lil alamin bagi seluruh warga bangsa 
  7. Kasus haji jelas akan mendowngrade NU dalam dinamika politik, sosial dan agama di Indonesia. Maka semua pihak baik di jajaran PBNU atau orang yang berambisi untuk mengambil alih NU untuk bersikap arif dan bijaksana, agar marwah NU tetap terjaga 
  8. Jabatan dan kekuasaan hanya sementara, maka seluruh kader NU yang berada di kekuasaan untuk berusaha menjaga amanah yang diemban agar memiliki legacy yang baik di kemudian hari
  9. Terlalu banyak orang yang iri terhadap kebesaran NU, kekompakan NU dan pengaruh NU. Maka ketika ada problem kader NU di kekuasaan mereka banyak yang ingin memporakporandakan NU dengan kasus tersebut.
  10. Perbanyak Tahlil, Istighosah, Dzikrul Ghofilin maupun mujahadah lain agar setan enggan singgah kepada kader NU yang memiliki jabatan dan kekuasaan. Karena ada gurauan kalau sampai tidak bisa menahan godaan akan menjadi temannya setan, atau bahkan menjadi setan itu sendiri 😀😀 !! 

Sebuah catatan sederhana sebagai pencerahan, semoga bermanfaat. Ingatlah ketika kau dulu tidak punya apa apa dan bukan siapa siapa. Maka ketika dirimu memiliki segalanya jangan  pernah lengah dan terbuai. 

Penulis 

HM. BASORI, M.Si 

  • Dewan Pembina Instruktur PW Ansor Jatim 
  • Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocacy


Komentar

    Belum ada komentar

Tinggalkan komentar